Inovasi Teknologi Wujudkan Indonesia Jadi Poros Maritim Dunia
Maritim - Makassar, Menyemarakkan peringatan kebangkitan teknologi nasional, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menyelenggarakan Kongres Infrastruktur Maritim (9/8). Kongres ini dibuka oleh Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur, Ridwan Djamaluddin. Dalam sambutannya, Ridwan menegaskan signifikansi pemanfaatan teknologi, khususnya di sektor maritim untuk mendorong Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia.
"Dari sisi industri perkapalan, kita ingin mendorong apa yang bisa dilakukan pemerintah. Karena, kebijakan, misalnya: insentif fiskal-nonfiskal, ketersediaan bahan baku, industri komponen, dan sebagainya. Jika masih ada hal-hal yang perlu difasilitasi pemerintah, akan menjadi tugas kita bersama merumuskannya," tegas Ridwan. Sementara terkait sumber daya manusia, Ridwan menginformasikan kunjungan Menko Maritim, Luhut B. Pandjaitan ke SMK Pelayaran Katangka, Makassar. "Tadi saya dikasih lihat data sekolah ini dari tahun 2013-2016 turun 30 persen. Itu di Makassar, yang sebenarnya darahnya maritim banget. Turun minatnya untuk sekolah di situ. Satu, mungkin soal lapangan kerja. Yang kedua, soal infrastruktur yang tersedia, saya mendengar tadi perlunya simulator misalnya."
Ridwan yakin kalau kultur bahari bangsa Indonesia secara natural masih bagus. Hal ini bisa dibuktikan dengan beberapa kapal pelayaran yang bergerak di laut internasional. Sementara terkait infrastruktur maritim, Ridwan menjelaskan infrastruktur pariwisata. Sebagaimana diketahui, pariwisata dideklarasikan sebagai penggerak utama ekonomi Indonesia ke depan.
"Beberapa waktu lalu, kita rapat dengan cruise operator, sudah jelas kebutuhan kapal-kapal cruise itu. Namun, kita harus menyikapinya secara kompak. Dan sekali lagi saya ingin menceritakan apa yang terjadi di Pelabuhan Benoa. Kemarin sudah diputuskan pada rapat tingkat menteri, bahwa program pengembangan Pelabuhan Benoa sudah diputuskan untuk dilanjutkan. Jadi tidak ada lagi isu kesesuaian tata ruang, isu rekomendasi teknis dari Pemda Kota Denpasar, isu hal-hal yang dikaitkan dengan pembangunan pelabuhan tersebut. Jadi, kita harus mendukung ke sana karena data kemarin Singapura menerima dua juta wisatawan lewat kapal cruise per tahun. Sedangkan Indonesia, hanya menerima 200.000 wisatawan lewat kapal cruise per tahunnya. Target kita akan mengejar itu dengan menyediakan infrastruktur pelabuhan yang baik."
Namun di sisi lain, untuk menerima kapal cruise di perairan Indonesia tidak harus dengan pelabuhan besar dan menerima kapal-kapal besar juga. Ridwan mengingatkan "Tempat-tempat yang indah di Indonesia juga terdapat di pulau-pulau kecil dan terpencil sehingga membutuhkan skenario tersendiri. Bagaimana menyediakan pelabuhan untuk kapal-kapal wisata yang sesuai dengan kondisi lokal. Lalu, bagaimana mengelola bisnisnya agar kapal yang masuk sesuai dengan infrastruktur yang ada. Indonesia menjadi poros maritim dunia lebih cepat terwujud dengan pemanfaatan teknologi. Terobosan teknologi anak bangsa harus dapat dimanfaatkan secara luas, dan itu menjadi tugas kita." Tegas Ridwan. ***