Jamin Keamanan Stok Garam, Kemenko Maritim Dorong Revitalisasi Gudang
Maritim – Jeneponto, Musim kemarau akan berakhir, berakhir pula masa puncak panen garam. Tambak-tambak garam di Indonesia umumnya memang masih tergantung pada cuaca, musim kemarau area tambak menjadi tambak garam sementara pada musim hujan area tambak dialihfungsikan menjadi tambak ikan. Hal ini sering terjadi pada tambak garam skala kecil atau tambak garam rakyat.
Padahal tambak garam skala kecil yang juga sering disebut sebagai usaha garam rakyat ini juga menjadi contributor penting dalam produksi garam nasional. Usaha garam rakyat menjadi tulang punggung pemenuhan garam didaerahnya baik untuk menjadi garam konsumsi atau menjadi garam industry. Pemerintah mendorong usaha garam rakyat dan korporasi dapat saling mendukung. Agar usaha garam rakyat dapat diperluas sekaligus meningkat kualitasnya, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah membuat model tambak yang efisien untuk meningkatkan kualitas kristal garam. Untuk ekstensifikasi lahan tambak, Kemenko Maritim mendorong para petambak kecil untuk bekerja sama mengintegrasikan lahan. Salah satu contoh usaha garam rakyat yang cukup berhasil ada di Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman melalui Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Jasa bersama perwakilan Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selatan dan PT. Garam melakukan kunjungan lapangan ke tambak garam Sulawesi Selatan di Takalar dan Jeneponto (9/11).
Revitalisasi Gudang
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman mendorong pemanfaatan kembali gudang-gudang PT.Garam sebagai sarana pengamanan stock garam. “Di Jeneponto ada IKM garam yang membutuhkan jaminan ketersediaan stock garam agar tetap berproduksi sepanjang tahun. Di sini juga ada gudang-gudang milik PT.Garam yang dapat difungsikan kembali untuk mengamankan stock garam yang berlimpah pada musim kemarau ini” Kata Asisten Deputi Sumber Daya Mineral dan Non Konvensional Kemenko Maritim Amalyos Chan. Amalyos menjelaskan bahwa gudang ini tidak difungsikan sebagai gudang garam sejak tahun 1992, waktu itu belum ada PT.Garam, masih menjadi Badan Garam. Gudang milik PT.Garam ini berlokasi di Jeneponto. “Bayangkan bila garam bisa ditampung disini, kita buat system resi gudang, stock garam dijamin bisa aman. Khususnya pada musim hujan dimana produksi garam cenderung menurun.”
Revitalisasi gudang untuk menjamin bahwa keberlanjutan sebagai sentral produksi garam. Karena, terkait jaminan stok, gudang ini sendiri sudah ada meskipun perlu rehab sedikit, bisa diaktifkan kembali. Selanjutnya diperlukan manajemen pembangunan sistem gudang dan pembangunan industry pengolahan garam itu sendiri. Tahun ini sudah disusun detail engineering design oleh BPPT dibantu oleh Universitas Hasanuddin kapasitas 50 ribu ton, kalo misalnya susut 30% kurang lebihlah 80% - 100% pertahunnya. Data produksi garam Sulawesi Selatan ini puncaknya pernah mencapai 143 ribu ton pada musim kemarau.
Amalyos bersama rombongannya juga mengunjungi CV. Kristal Garam Indah yang memproduksi garam konsumsi ‘Garam Jeneponto’ dan Koperasi garam Pasar Untung Bersama. Amalyos memperkirakan CV ini menampung kebutuhan garam untuk 3 bulan di pabriknya. “Garam ini diolah untuk menjadi garam konsumsi dengan menambahkan yodium dan dikemas per 250 gram dan 500 gram. Harga jualnya cukup baik. Garam ini memang memiliki margin yang baik. Lahan yang tidak cocok untuk pertanian di Jeneponto ini sebagai lahan garam bisa menghasilkan untung.” Seorang petambak garam Jeneponto menambahkan, “Untuk menghasilkan garam yang penting tenaga saja. Jadi meskipun tidak bagus untuk ditanami, tanah kering ini bisa menghasilkan (untung) juga, tidak perlu perawatan, tidak perlu dikasih pupuk”.
Terkait target swasembada garam nasional, Amalyos menegaskan lahan-lahan garam yang sudah ada jangan dikonversi menjadi fungsi lain seperti pemukiman. Untuk mencegahnya Pemerintah Daerah perlu disiplin terhadap rencana tata ruang dan zonasi lahan garam didaerahnya. *
Biro Informasi dan Hukum Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman