Kemenko Marves Lanjutkan Rehabilitasi Mangrove: "Jangan Berhenti di 30.000 Batang Mangrove"

Kemenko Marves Lanjutkan Rehabilitasi Mangrove:

Marves - Pekanbaru, Sebanyak 60% penduduk Indonesia tinggal di pesisir. Banjir rob, penurunan permukaan tanah, kenaikan permukaan air laut, bahkan tsunami menjadi ancaman bagi masyarakat pesisir.

Diperkirakan kerugian ekonomi akibat dampak perubahan iklim dapat mencapai Rp. 544 Triliun hingga tahun 2024. Oleh karena itu, pemerintah mendorong program rehabilitasi mangrove nasional, yaitu menanam mangrove di lahan yang terdegradasi, mempertahankan mangrove yang masih baik, dan meningkatkan fungsinya.

Pada tahun 2020, pemerintah Indonesia menetapkan target merehabilitasi 600.000 ha hutan bakau, yang terkonsentrasi di sembilan provinsi: Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua, dan Papua Barat.

Untuk mencapai target ambisius ini, pemerintah membangun kemitraan yang baik dengan BUMN, swasta, NGO, dan akademisi. Mangrove tidak hanya menjaga pesisir dari bencana alam seperti rob dan tsunami, tetapi juga menjadi sumber kehidupan dan makanan bagi biota hidup lainnya seperti ikan, udang, dan kepiting. Mangrove juga dapat memberikan pendapatan langsung bagi masyarakat melalui silvofishery, ekowisata, dan olahan produk mangrove.

Dalam jangka panjang, mangrove memberikan manfaat besar bagi masyarakat pesisir melalui kemampuannya menyerap karbon 5–8 kali lebih besar daripada hutan tropis lainnya. Luas mangrove Indonesia mencapai 23% dari mangrove dunia, sehingga potensi menyimpan karbon dapat mencapai sekitar 1,4 Juta Ton CO2 hingga tahun 2030. Kemampuan menyimpan karbon yang besar ini dapat membantu Indonesia dalam pencapaian Nationally-determined Contributions (NDCs).

Untuk mempercepat pemenuhan target program rehabilitasi mangrove di Indonesia, dibutuhkan dukungan pentahelix. Kemenko Marves telah menggalang dukungan untuk menanam mangrove melalui program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan sejak tahun 2021.

Keterlibatan para stakeholders juga semakin terlihat dan bertambah jumlahnya, termasuk kontribusi dari sektor swasta melalui program ini. BUMN Pelindo, PT PLN, dan PT Bukit Asam Tbk bersama asosiasi APHI, GAPKI, dan APROBI, serta swasta PT Trimegah Bangun Persada, Tbk telah menandatangani NKB dengan Kemenko Marves, KLHK, dan KKP dalam kegiatan rehabilitasi mangrove dan pemberdayaan masyarakat melalui implementasi tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) perusahaan.

Pihak swasta yang juga siap berkontribusi dalam rehabilitasi mangrove adalah PT Nestle Indonesia. PT Nestle Indonesia bekerja sama dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove melakukan penanaman 30.000 batang mangrove di Kabupaten Siak, Riau (25/03/2024). Seremoni penanaman disaksikan oleh AKM Fatma Puspitasari mewakili Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves dan Kepala BPDASHL Indragiri Rokan Irpana Nur mewakili Ditjen PDASRH, KLHK.

Presiden Direktur PT Nestlé Indonesia, Samer Chedid, menyampaikan upaya Nestlé Indonesia dalam meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar dalam pelestarian lingkungan melalui penanaman pohon mangrove dalam program reforestasi. Menurut Samer, dengan adanya kerja sama ini, perusahaan percaya bisa membantu, melindungi, memperbarui, dan memulihkan lingkungan, sehingga diperlukan kolaborasi untuk saling mendukung dan mengambil peran, baik dari masyarakat maupun lintas pemangku kepentingan.

"Selama lebih dari 50 tahun, Nestlé Indonesia telah mendukung banyak inisiatif di sepanjang rantai usaha kami, salah satunya adalah bagaimana kami dapat berkontribusi untuk melakukan mitigasi perubahan iklim yang sejalan dengan ambisi global untuk penanaman 200 juta pohon di seluruh dunia pada tahun 2030," kata Samer Chedid dalam sambutannya.

Lewat program ini, Nestle Indonesia melibatkan masyarakat dalam persiapan dan pengadaan benih bakau, sekaligus memberikan pelatihan penanaman dan perawatan pohon mangrove. Salah satu mitra yang dilibatkan adalah kelompok Masyarakat Teras Riau yang siap melakukan penanaman, pemeliharaan, dan pengawasan. Diketahui rehabilitasi mangrove memerlukan pengawasan intensif sejak penanaman dan pemeliharaan selama sekurangnya 3 tahun. Pada masa pemeliharaan, mangrove muda yang mati karena berbagai hal perlu disulam atau diganti dengan tanaman mangrove lain.

Samer berharap inisiatif ini dapat menjadi bagian dari kontribusi perusahaan mendorong perubahan positif bagi Indonesia dan generasi masa depan menuju Indonesia Emas 2045 yang lebih besar.

"Kami yakin program reforestasi ini dapat membawa dampak positif bagi lingkungan yang memberikan kontribusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, mempertahankan keanekaragaman hayati sekaligus memberdayakan masyarakat lokal dengan berpartisipasi secara langsung," ungkapnya.

Bupati Siak Alfedri menyampaikan apresiasi atas kontribusi Nestle di Kabupaten Siak. “Penanaman mangrove yang bertujuan untuk memulihkan dan menyelamatkan pohon mangrove di Desa Rawa Mekar Jaya sejalan dengan program Pemkab Siak yaitu Siak Kabupaten Hijau," ujar Alfedri. 

Pemerintah Kabupaten Siak telah membuat kebijakan untuk mendorong prinsip-prinsip kelestarian dan keberlanjutan dalam pembangunan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat," menurut Alfedri.

Bupati Alfedri menambahkan, sebagai wujud kepedulian Kabupaten Siak terhadap lingkungan, dalam setiap kegiatan seperti Bujang Kampung, dirinya bersama Wakil Bupati selalu menyempatkan diri menanam pohon minimal 10 batang setiap kegiatan. "Pada kegiatan Bujang Kampung, saya dan Wakil Bupati selalu menyiapkan bibit-bibit untuk ditanam. Saya juga mengintruksikan kepada seluruh camat maupun penghulu agar minimal menanam 3 pohon atau lebih dalam setiap kegiatan, ini merupakan komitmen kami untuk menjaga lingkungan."

Fatma Puspitasari membacakan sambutan mewakili Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, menyampaikan apresiasi atas inisiatif Nestle Indonesia bersama BRGM dalam proyek ReGrove sebagai bagian dari komitmen Nestle untuk mengatasi perubahan iklim dan berkontribusi mewujudkan nol emisi. 

“Melalui program TJSL mangrove ini, pada tahun 2021 telah dilaksanakan rehabilitasi mangrove seluas 359 ha, tahun 2022 seluas 499 ha, dan tahun 2023 seluas 418 ha. Pada tahun 2024 ini, kami mencatat tambahan beberapa hektar lagi melalui dukungan PT Nestle Indonesia,” kata Fatma. 

Dalam sambutannya, Fatma mengingatkan bahwa kebutuhan dalam program rehabilitasi mangrove tidak hanya pada penanaman saja, tetapi juga perlu dilakukan pemeliharaan pasca tanam. Pemeliharaan ini diperlukan minimal sampai tahun ketiga. 

“Tentunya, pemeliharaan mangrove harus menjadi bagian tak terpisahkan dalam kerja sama ini,” tambah Fatma. 

Fatma juga menegaskan bahwa pihaknya berharap kegiatan hari ini bukan hanya seremonial semata, tetapi juga tentang komitmen kita bersama untuk melestarikan lingkungan dan mengembangkan kehidupan berkelanjutan bagi generasi mendatang sebagai bagian dari aksi konkret kerja sama dalam pelestarian lingkungan dan mitigasi perubahan iklim.

“Program ReGrove sebaiknya tidak berhenti pada 30.000 batang mangrove. Kita perlu memikirkan strategi untuk dapat menghijaukan Indonesia, baik melalui penanaman mangrove ataupun tanaman pohon lainnya. Perlu lebih banyak kegiatan penanaman, rehabilitasi, dan pemberdayaan masyarakat,” tegas Fatma.

No. SP-89/HUM/ROKOM/SET.MARVES/IV/2024
Biro Komunikasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi

Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi
Berita Terpopuler Marves

2022 © KEMENKO MARVES RI - Copyright All Rights Reserved