Kenali Tarian Tradisional Bali Sebagai Pemikat Para Delegasi KTT G20
Marves - Denpasar, Sekelompok mahasiswa tari dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Bali, pada bulan Mei lalu tampak memenuhi area teras depan menuju lobi The Apurva Kempinski Bali. Mereka beratraksi dengan tubuh meliuk-liuk melakukan gerakan tarian kecak dengan perpaduan tari tradisional Bali ini secara lincah gemulai. Di halaman teras depan Hotel The Apurva Kempinski Bali ini yang sebagian berisikan kolam dengan tumbuhan pohon teratai atau lotus dan juga pohon bunga kamboja menjadi sensasi tersendiri bagi sekelompok mahasiswa ISI yang melakukan gerakan tarian tradisional yang kesohor dari Bumi Dewata ini.
Mengenal Bali yang sarat dengan keindahannya tidak lepas dari tarian tradisional yang dimiliki Pulau Dewata. Tarian tradisional Bali merupakan budaya yang menarik dengan ragam tariannya seperti Tari Pendet, Tari Panji Semirang, Tari Legong hingga Tari Kecak dan tarian lainnya.
Tarian tradisional ini tak hanya memukai dari gerak lincah nan gemulai, tetapi setiap tarian tradisional Bali ternyata sarat makna karena memiliki sejarah, latar belakang dan juga behind story yang menarik.
Sebagai salah satu surga kehidupan di dunia, Pulau Bali dengan tarian tradisionalnya juga menjadi pemikat yang bahkan begitu disukai, dicintai atau digandrungi para wisatawan mancanegara. Dalama ajang Konferensi Tingkat Tinggi Group of Twenty atau KTT G20 di Bali, bisa dipastikan tarian tradisional ini akan memikat hati para delegasi.
Berikut beberapa kisah menarik dari beberapa tarian tradisional Bali.
1. Tari Pendet
Tari Pendet merupakan tarian tradisional kreasi asal Bali yang sangat populer era 1970an hingga 1980an. Saat itu belum banyak serbuan tari moderen dari luar. Berdasarkan Encyclopedia.Jakarta-Tourism.go.id, Tari Pendet merupakan tari kreasi yang dikembangkan dari tarian ritual 'Pendet Dewa', yang diciptakan oleh I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng pada 1950.
Di masa itu, dalam pertunjukannya, Tari Pendet menampilkan empat orang penari. Pada tahun 1961, I Wayan Beratha mengembangkan Tari Pendet dengan menambah penari menjadi lima orang seperti yang sering dilihat saat ini.
Setahun kemudian, I Wayan Beratha kembali mengembangkan Tari Pendet supaya bisa ditarikan secara massal sekitar 800 orang, di mana saat itu tarian ini akan diperkenalkan kepada dunia dalam upacara pembukaan Asian Games 1962 di Jakarta. Dalam sejarahnya, Tari Pendet awalnya merupakan tari sakral (wali) yang menjadi bagian dari upacra (bebali) piodalan yang berlangsung di Pura atau tempat suci keluarga. Upacara sebagai perwujudan rasa syukur, penghormatan, penyambutan kepada dewa yang berdiam di bumi dan pemujaan kepada dewa yang berdiam di Pura selama upacara berlangsung.
Tari Pendet biasanya dpentaskan di halaman Pura (jeroan) atau halaman tengah (jaba tengah) dengan iringan gamelan gong kebyar berlaras pelog dan gamelan gong semar pehulingan berlaras slendro. Para penari mengenakan pakaian adat Bali dan membawa bokor yang berisi sesaji berupa bunga, kepingan uang, hio dan makanan konsumsi sehari-hari.
Namun seiring waktu untuk mempertahankan eksistensi Tari Pendet dan pemenuhan kebutuhan hiburan bagi masyarakat, para seniman kemudian mengembangkan tarian yang semula hanya berfungsi sebagai tari upacara atau wali menjadi 'balih-balihan' atau tari hiburan.
Pada akhirnya Tari Pendet berfungsi sebagi tari hiburan dan penyambutan atau tarian selamat datang dengan gerakan 'balih-balihan' yang mengambil beberapa gerakan seperti megol, agem, angsel, nyeregseg, dan ngumbang. Beberapa penata tari ini membuat gerakan lebih menarik dengan tambahan gerakan baru dan pengulangan pada beberapa gerakan.
Kini, gerakan Tari Pendet yang sangat dinamis terbentuk dari penggarapan tempo musik pengiring dan gerakan variatif yang saling mempengaruhi. Beberapa wisatawan asing begitu kepincut dengan tarian ini bahkan ada beberapa yang rela belajar Tari Pendet.
2. Tari Panji Semirang
Tarian ini berfungsi sebagai tarian pertunjukan pada acara-acara tertentu seperti acara peringatan, keagamaan dan sebagainya. Selain sebagai hiburan, tarian inipun mengandung makna. Dan sebagai salah satu tari tradisional yang berasal dari Bali, secara umum Tari Panji Semirang juga mengedukasi masyarakat Indonesia tentang sejarah.
Berdasarkan Buku Pembudayaan Literasi Seni di SD oleh Mansurdin (2020), Tari Panji Semirang merupakan tarian yang diperkenalkan pertama kali oleh I Nyoman Kaler pada tahun 1942 yang selanjutnya dilestarikan oleh para muridnya.
Ada kisah menarik dibalik Tari Panji Semirang ini yang menceritakan tentang seorang putri bernama Galuh Candrakirana, seorang putri dari kerajaan Kediri yang menjalin cinta dengan pangeran Galuh Inu Kertapaji seorang putra raja Jenggala. Putri Galuh terpaksa melakukan pengembaraan dan menyamar sebagai laki-laki bernama Raden Panji untuk mencari kekasih hatinya. Kisah kasih Putri Galuh dan Pangeran Inu dirusak oleh Galuh Liku yang juga mencintai Pangeran Inu. Hal itu yang membuat cinta keduanya mendapat ujian, dan kisah sepasang kekasih ini kemudian diabadikan melalui tari tradisional dengan lakon Panji Semirang yang biasanya dipentaskan di Pura.
3. Tari Legong
Tari Legong merupakan sebuah tarian tradisional yang berasal dari Bali. Tarian ini mencerminkan keanggunan, keelokan, dan juga kelihaian para penari Bali. Secara umum, tarian ini akan dipentaskan saat upacara adat atau saat menyambut tamu wisatawan. Pada awalnya, tarian ini diperuntukan untuk acara keagamaan dan tidak bisa dipisahkan dari budaya Hindu Istana dan Hindu Dharma.
Legong adalah sekelompok tarian klasik Bali yang mempunyai perbendaharaan gerak yang cukup kompleks dan terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon adalah pengaruh dari gambuh. Kata Legong sendiri berasal dari kata “leg” yang berarti gerak tari yang luwes dan lentur, dan “gong” yang berarti gamelan. Jadi, kata “legong” dalam hal ini berarti gerak tari yang terikat oleh gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang digunakan untuk mengiringi Tari Legong ini disebut dengan Gamelan Semar Pagulingan.
Kemudian Tari Legong dikembangkan di keraton-keraton yang ada di Bali sejak abad ke-19. Kabarnya, ide Tari Legong diawali dari seorang pangeran dari Sukawati yang masih dalam keadaan sakit keras bermimpi melihat dua gadis penari yang lemah gemulai dengan diiringi oleh gamelan yang indah. Saat sang pangeran sembuh dari sakitnya, mimpinya tersebut dituangkan ke dalam repertoar tarian dengan gamelan lengkap.
Karena sesuai dengan asal usulnya, penari Legong yang baru adalah dua orang gadis yang belum menstruasi. Kemudian ditarikan di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton. Kedua penari tersebut disebut dengan legong, dimana selalu dilengkapi dengan kipas sebagai alat bantu.
Kemudian pada beberapa Tari Legong ada seorang penari tambahan yang disebut dengan condong yang tidak dilengkapi dengan kipas. Dia memiliki struktur tariannya yang terdiri dari papeson, pengecet, dan pakaad.
Seiring perkembangan zaman, Tari Legong sempat kehilangan popularitasnya di awal abad ke-20 karena maraknya bentuk Tari Kebyar yang berasal dari bagian Utara Bali. Kemudian dilakukan usaha revitalisasi baru yang dimulai sejak akhir tahun 1960-an dengan menggali kembali dokumen lama untuk rekonstruksi dan mengembalikan kejayaan Tari Legong.
4. Tari Kecak
Tari Kecak merupakan sebuah pertunjukan drama tari tradisional dari Pulau Bali. Pertunjukan Tari Kecak sangat diminati oleh wisatawan baik domestik dan mancanegara yang berkunjung ke Bali. Dilansir dari laman Gramedia, Tari Kecak diciptakan oleh seorang seniman Bali bernama Wayan Limbak.
Semula pertunjukan Tari Kecak hanya dapat ditemui di satu tempat, seperti di Desa Bona, Kabupaten Gianyar. Kemudian di tahun 1930, terjadi perkenalan Tari Kecak hingga ke berbagai negara. Hal itu berkat Wayan Limbak yang dibantu seorang pelukis dari Jerman bernama Walter Spies.
Secara makna, Tari Kecak yang tercipta dalam tradisi setempat memiliki makna mendalam yaitu rasa kepercayaan pada kekuatan Tuhan. Hal itu tercermin pada ritual doa di awal dan akhir tarian, serta dalam gerakan ketika Rama meminta pertolongan kepada Dewata untuk mengalahkan Rahwana.
Sementara untuk jalan cerita Tari Kecak menggambarkan kesetiaan dan pengorbanan ketika Rama ingin menyelematkan Shinta. Tari Kecak menjadi salah satu jenis tari kolosal yang melibatkan 50 hingga 150 orang penari. Adapun jalan cerita Tari Kecak diambil dari tradisi Sanghyang dan bagian cerita Ramayana.
Gerak penari Kecak akan diawali dengan masuknya para penari pria yang duduk membentuk lingkaran. Kemudian dilanjutkan dengan drama tari tentang perjuangan Rama, pasukan Hanoman dan burung Garuda untuk menyelamatkan Shinta dari sosok Rahwana.
Dalam setiap pergantian penari di tiap adegan, para penari yang duduk membentuk lingkaran akan mengangkat kedua tangan dan menyerukan “cak cak ke cak cak ke” yang kemudian menjadi asal nama tarian ini.
Seperti dikutip dalam buku Keanekaragaman Seni Tari Nusantara (2012) oleh Resi Septiana Dewi menjelaskan bahwa gerakan penari Kecak tidak harus mengikuti pakem-pakem karena dalam tarian ini yang diutamakan adalah jalan cerita dan perpaduan suaranya.
Adapun properti Tari Kecak menggunakan beberapa properti atau perlengkapan yang khas dan digunakan dalam sebuah pementasan tari. Dilansir dari laman Gramedia ada beberapa properti Tari Kecak antara lain bara api tang menjadi properti utama yang digunakan dalam satu bagian dengan cara diinjak oleh penari dengan kaki telanjang.
Properti selanjutnya adalah Bunga Kamboja yang merupakan budaya yang ada di masyarakat Bali, di mana bunga ini diselipkan pada daun telinga penari Kecak. Kemudian ada gelang kerincing yang digunakan pada pergelangan tangan dan kaki penari utama laki-laki yang memerankan cerita Ramayana.
Lalu ada selendang hitam putih dengan motif kotak-kotak yang digunakan oleh penari Kecak sebagai konsep Rwa Bhineda atau indentik dengan warna tersebut. Selanjutnya adalah topeng pada Tari Kecak digunakan oleh penari utama yang memerankan Hanoman, Sugriwa dan Rahwana. Lalu tempat sesaji yang di lokasi perhelatan Tari Kecak juga diletakkan di beberapa tempat sesaji untuk membantu mendatangkan keberuntungan dan menolak bala.
Dalam Tari Kecak ini iringan utamanya brasal dari suara penari yang secara serempak menyerukan “cak cak ke cak cak ke”. Kemudian selain diiringi oleh suara manusia, Tari Kecak juga menggunakan irngan suara gamelan dan kerincingan.
Dengan mengenal tarian tradisional Pulau Dewata ini boleh jadi para delegasi KTT G20 yang menyaksikan tarian tradisional Bali ini tidak hanya sebatas terhibur, tentu saja mereka akan semakin kagum dengan makna mendalam a to z dari tarian tradisonal ini. Para delegasi KTT G20 ini akan semakin cinta, kagum dengan Bali dan mencintai Indonesia!
Biro Komunikasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi