Menko Luhut Disambut Hangat Oleh Wakil PM Tiongkok Zang Ghaoli

Menko Luhut Disambut Hangat Oleh Wakil PM Tiongkok Zang Ghaoli
Maritim - Beijing, Masih terkait dengan agenda kunjungan kerja Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut B. Pandjaitan ke Tiongkok. Pada hari ini, Jumat (16-6-2017) Menko Luhut dan delegasi Indonesia lainnya menyambangi kantor Wakil Perdana Menteri Zang Ghaoli, guna memaparkan kembali maksud dan tujuan dari kunjungan resminya. Menko Luhut lalu menjelaskan, dirinya telah ditunjuk langsung oleh Pemerintah Indonesia dan bertujuan guna menindaklanjuti pertemuan sebelumnya  antara Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dengan Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping dalam forum “One Belt One Road Conference” pada bulan Mei tahun 2017 silam. Ia juga ingin memaparkan  terlebih dahulu capaian yang diraih oleh Pemerintah Indonesia sebelum berdialog lebih detail dengan Wakil Perdana menteri Tiongkok. “Di antaranya mengenai  level Indonesia yang meningkat dalam bidang investasi, pembangunan infrastuktur dalam negeri yang terhitung masif dengan anggaran mencapai Rp 387 triliun, ekonomi Indonesia yang tumbuh konsisten di angka 5%, dan cadangan devisa besar dan tertinggi sepanjang sejarah Indonesia dengan nilai USD 125 miliar,” ujar Menko Luhut. Kemudian, selain menawarkan investasi, Menko Luhut juga mendorong Tiongkok untuk mencampurkan campuran biodiesel sebesar 5% (B5) dalam produk solar/diesel yang dijual di Tiongkok. Pasalnya, lanjut Menko Luhut, dengan implementasi tersebut, maka akan membantu Tiongkok dalam memenuhi komitmen pengurangan emisi Tiongkok dalam Paris Climate Change Agreement. "Indonesia saat ini sudah mewajibkan camputran biodiesel 20% (B2D) untuk penggunaan dalam negeri, hal ini menunjukkan komitmen yang kuat dari Indonesia dalam hal pengurangan emisi,” imbuhnya. Lebih lanjut, Menko Luhut mengatakan, untuk membantu langkah tersebut, Pemerintah dan kalangan bisnis palm oil dari Indonesia, siap meningkatkan suplai ekspor Crude Palm Oil (CPO/Minyak Kelapa Sawit), sekaligus juga berinvestasi di pabrik biodiesel jika memang diperlukan. Pemerintah Indonesia juga akan menjaga komitmennya untuk menjaga stabilitas harga CPO dan biodiesel yang akan diekspor ke Tiongkok. “Peningkatan ekspor CPO juga berdampak pada program pengentasan kemiskinan di Indonesia. Dan bila Tiongkok menerapkan kewajiban campuran 5% biodiesel, maka kedua belah negara akan mendapatkan manfaat yang besar, Tiongkok dapat membantu capaian pengurangan emisi,” tutupnya.