Menko Maritim Berangkatkan 768 Personil Tim Ekspedisi Sail Sabang 2017
Maritim—Jakarta, Menko Maritim Luhut B. Pandjaitan secara resmi memberangkatkan 768 orang peserta tim Ekspedisi Sail Sabang di Pelabuhan JICT Tanjung Priok, Senin (20/11/2017). Selain 768 peserta tim ekspedisi yang berasal dari kalangan pelajar, dalam upacara tersebut, Menko juga melepas taruna Angkatan Laut dan personil Angkatan laut yang akan berlayar menggunakan KRI Bima Suci dan KRI dr. R Soeharso.
Total ada empat kapal yang akan berlayar menuju perairan Sabang selama 23 hari, yakni KRI Dewaruci, KRI Bima Suci, KRI Banda Aceh dan KRI dr. Soeharso yang merupakan rumah sakit terapung milik Angkatan Laut. Keempat kapal itu akan bergabung pada acara puncak Sail Sabang pada tanggal 5 Desember 2017. Perjalanan ini sekaligus menjadi perjalanan pamungkas bagi KRI Dewaruci yang telah mengabdi sebagai kapal latih selama 64 tahun.
Dalam sambutannya, Menko Luhut menegaskan bahwa kegiatan Sail merupakan kegiatan yang telah berlangsung sejak tahun 2009. “Kegiatan ini merupakan program yang berkelanjutan dan bukan sekedar hura-hura,” tegasnya. Di setiap pelaksanaan kegiatan pelayaran, pemerintah mendorong masyarakat untuk menyajikan beragam atraksi seni dan budaya. Untuk mendukung hal itu, pemerintah pusat bekerjasama dengan pemerintah daerah sebagai penyelenggara sail untuk melakukan percepatan pembangunan infrastruktur agar kegiatan perekonomian masyarakat dapat meningkat.
Saat ini sektor pariwisata telah telah menyumbangkan devisa terbesar kedua setelah sektor kelapa sawit. Dan peringkat ini diprediksi akan naik menjadi nomer 1 pada tahun 2019.
Pemerintah, menurut Menko benar-benar ingin merefleksikan dan mewujudkan Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar, kuat dan tangguh. Menko Luhut menambahkan, salah satu cara untuk mewujudkan hal itu adalah dengan saling mendukung dan tidak terlalu banyak mempermasalahkan tentang perbedaan.
“Anak muda yang ikut sail ini, kita ingin didik mereka bahwa masa depan republik ini ada di tangan mereka,” ujarnya. Kepada peserta sail, Menko Luhut meminta agara pengalaman dalam pelayaran benar-benar dipergunakan untuk dapat membangun negeri tanpa memandang perbedaan. “Manfaatkan pengalaman ini untuk dapat menjadi pemimpin yang lebih bagus, lebih baik dari generasi sya supaya kamu menjadi pemimpin yang membawa Indonesia menjadi negara kesatuan Republik Indonesia yang utuh,” ujarnya.
Lebih jauh, purnawirawan jenderal ini mengatakan, ada tiga isu yang harus diperhatikan oleh semua elemen bangsa terutama pemuda. Pertama adalah isu tentang teknologi. “Kemajuan teknologi harus jadi isu yang harus kita waspadai. Kalau kita tidak, kita akan ketinggalan,” tukasnya. Isu berikutnya adalah masalah sampah dan penyalahgunaan narkoba. Untuk dua hal ini, Menko Luhut menegaskan pentingnya generasi muda untuk mewaspadai dan ikut mencegahnya. Masalah sampah, terutama sampah plastik sudah jadi isu nasional dan isu global. Di COP jadi pembicaraan menarik. Sehingga tadi bapak Kasal (Kepala Staf Angkatan Laut, red) sepakat bahwa tidak ada sampah yang boleh dibuang kelaut,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, komandan tim ekspedisi nusantara jaya yang dikoordinasikan oleh Kemenko Bidang Kemaritiman dan komandan tim pelayaran nusantara yang dikoordinasikan oleh Kementerian Pertahanan melaporkan bahwa tim mereka akan melakukan beragam kegiatan. Selama perjalanan, tim-tim tersebut akan melakukan bakti sosial, pengobatan gratis serta penanaman wawasan kemaritiman dan pemahaman bela negara kepada peserta ekspedisi.
Membekali Para Calon Jenderal
Di hari yang sama, Menko Luhut melanjutkan kegiatan di acara Sekolah Staf dan Komando TNI, Bandung. Menko Luhut memberikan pembekalan kepada para perwira siswa setara Kolonel, satu pangkat menjelang Brigadir Jenderal. “Saya mulai sedikit memberikan gambaran (untuk mem-) buka perspektif Anda sebagai Perwira,” ujar Menko Luhut menyampaikan maksud kehadirannya.
Di hadapan 143 perwira TNI dan POLRI, termasuk 5 perwira dari negara sahabat, Menko Luhut meminta kesiapan para perwira menghadapi tantangan masa depan. "Artificial intelligent itu adalah satu masalah yang kita harus betul-betul waspadai,” pesan Menko Luhut untuk menghadapi masa depan di mana penjajahan teknologi akan menggantikan penjajahan fisik seperti kolonialisasi.
Dalam sesi bertopik Geopolitik dan Strategi Pembangunan Kemaritiman tersebut, Menko Luhut juga menyampaikan hasil-hasil pembangunan pemerintah yang diakui lembaga-lembaga internasional. “Ini pengakuan dari dunia internasional, tidak bisa kita karang-karang, tidak juga bisa kita sogok,” terangnya sembari merujuk pada 3 data.
Data pertama adalah dari S&P yang memberikan ‘investment grade rating’ kepada Indonesia. Kedua, Gallup World Poll menempatkan pemerintah Indonesia sebagai peringkat pertama di dunia dalam hal perolehan kepercayaan publik. Ketiga, Bank Dunia memberikan Indonesia peringkat ke-72 dalam hal kemudahan berbisnis, naik 48 tingkat sejak 2014.
Kepada para perwira siswa, Menko Luhut juga berpesan agar pengambilan keputusan harus dilakukan secara terintegrasi dan holistik, seperti gaya pemerintah sekarang. “Dalam proses pengambilan keputusan harus terintegrasi, semua harus terlibat,” terangnya sembari menceritakan penyelesaian masalah produksi garam nasional yang ternyata harus melibatkan menteri di bidang pertanahan. ”Masalah tanah saya panggil Pak Sofyan (Menteri Agraria dan Tata Ruang - red), duduk 2 kali kami rapat, (tim) teknis jalan, sebulan setengah sudah dapat proposal dari tim.”
“Memang musti berkait, tidak bisa satu kementerian menyelesaikan satu masalah,” jelas Menko Luhut menekankan bahwa keberhasilan hanya dapat dicapai dengan kerja sama tim.***