Pemerintah Akan Kelola Sampah Untuk Membuat Jalan
Maritim - Bali, Komitmen pemerintah mendaur ulang sampah terutama pada sampah plastik bukan sebatas basa-basi belaka. Keseriusan itu ditunjukkan pemerintah sejalan dengan dikirimnya salah satu asisten deputi bidang pendayagunaan iptek maritim, Kementerian Koordinator Kemaritiman, Neni Hendiarti, beserta perwakilan dari BPPT dan juga Litbangjatan Kemenpupr ke India untuk belajar cara memanfaatkan sampah plastik menjadi jalan. Pasalnya, dengan memanfaatkan sampah plastik untuk membuat jalan dapat mengurangi biaya.
“Karena aspal yang dia pakai 10% terbuat dari sampah plastik, jadi dari sampah plastik tinggal dipotong kecil dengan alat potong halus lalu tinggal campur di temperatur kurang lebih 170 derajat lalu dicampur dengan materialnya dan dicampur dengan batunya atau aspalnya,” ujar Deputi Bidang SDM, IPTEK, dan Budaya Maritim, Kemenko Maritim, Safri Burhanuddin, di Bali.
Menurut Deputi Safri, berkaca dari India, bahwa sampah plastik dikelola dengan sangat baik untuk dijadikan sebagai bahan pembuat jalan. Untuk itu, tambah Safri, pihaknya telah meminta salah satu asisten deputi dari Kemenko Maritim untuk pergi ke India bertemu dengan Profesor Vesudevan untuk mempelajari cara mendaur sampah tersebut.
Seperti di ketahui, India merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Namun, negara ini tak termasuk ke dalam 10 besar produsen sampah di dunia. Sementara Indonesia berada pada urutan ke dua. Ini artinya mereka mampu mengelola sampah plastik tersebut dengan baik.
Sejak 2002, India sudah membuat jalan dengan menggunakan sampah plastik yang didaur. Jalan yang terbuat dari sampah plastik tersebut pun hingga kini masih utuh. “Anda bayangkan, Indonesia tiap tahun ada biaya perawatan dalam pembuatan jalan, dan di sana tidak ada biaya perawatan untuk aspal dengan pencampuran sampah plastik. Akibatnya biaya untuk perawatan tidak diagunakan lagi, tetapi untuk pembuatan jalan baru yang belum diaspal,” tutur Safri.
Sementara itu, lanjut Safri, kita baru ingin uji coba di Udayana, Bali. Uji coba ini rencananya akhir Juli mendatang sepanjang 1,2 km. Jika ini berhasil, tambah Safri, pihaknya akan terapkan di beberapa kota lain. Pasalnya teknologi tidak terlalu hits, tetapi bagaimana beliau sebagai ahli kimia sampah plastik itu dapat berguna.
“Jadi sampah plastik itu bukan sampah yang tidak berguna, tetapi jadi sampah yang berkeuntungan. Awalnya kita ubah dulu mindset terhadap sampah plastik dulu, untuk jumlah sampah di Bali mencapai 9 ribu sampai 10 ribu kubik sampah per hari yang terdapat di Bali. 11% di antaranya adalah sampah plastik, artinya sekitar 200 ton sampah plastik tiap harinya di Bali. 1 ton palstik dapat mencampur 1 km. Berarti dengan sampah bisa mencapai 200 km, sehingga menghemat biaya pembuatan jalan sekitar 5-6% per km. Kelebihan lain, bahwa hasil dari jalan ini di India, tidak membutuhkan perawatan,” paparnya.
Menurut Safri, uji coba yang dilakukan dalam pembutan sampah plastik menjadi aspal itu sejauh ini belum ada kendala. Nah, di Udayana, merupakan yang pertama dalam pembangunan aspal dengan menggunakan sampah plastik. Karena tahun depan di Bali akan diadakan Annual Meeting IMF World Bank pada 8 – 14 Oktober 2017 mendatang.
IMF adalah event terbesar yang akan dilakukan di Indonesia. Di acara tersebut akan dihadiri oleh 189 negara hadir menteri keuangan seluruhnya hadir. Di antaranya 32 perdana menteri, jadi pada saat yang bersamaan ada 32 pimpinan Negara hadir di sini. Dan pesertanya yang akan hadir sekitar 1500 peserta. Mereka adalah orang – orang terkaya di dunia.
Oleh karena itu, kata Deputi Safri, dengan kita belajar mengolah plastik ini dengan baik, maka kita dapat selesaikan masalah lingkungan. “Apabila lingkungan kita buruk maka pariwisata kita akan anjlok,” pungkasnya.