Pemerintah Dorong Industri Musik Kuasai Pasar
Marves - Jakarta, Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Odo R. M. Manuhutu ungkapkan bahwa forum ACE-YS bertujuan sebagai wadah kolaborasi kreator muda lintas negara dan lintas sektoral untuk menciptakan nilai lebih dan potensi yang lebih luas. Hal tersebut dirinya sampaikan pada sesi creative talk ACE-YS (Sabtu, 28-10-2023).
“Kuncinya bagaimana pemerintah dan anak-anak muda ini bersama dengan sektor swasta, industri, dan negara Asia lainnya untuk menciptakan nilai. Industri kreatif Indonesia harus bisa melihat trend dan menciptakan trend baru,” tutur Deputi Odo.
Dirinya kemudian mengutip arahan Menko Marves ad interim, Erick Thohir bahwa potensi dan tantangan industri kreatif cukup besar untuk membagikan rata potensi tersebut.
Mengenai industri musik, Deputi Odo menyampaikan bahwa pemerintah telah berupaya untuk mendorong dari sisi hak cipta dan promosi. Menurutnya forum kreatif seperti ACE-YS ini penting untuk mendengar pandangan dari sisi kreatifnya.
“Mungkin di sini teman-teman dari industri musik bisa belajar bagaimana kita bersama industri gim selama dua tahun terakhir ini membangun framework agar industri gim dapat menguasai paling tidak 70% dari revenue yang ada di Indonesia. Harapannya, Peraturan Presiden mengenai gim akan keluar pada akhir bulan November ini. Di dalamnya ada tujuh kelompok target besar. Tujuannya adalah untuk memajukan industri gim di Indonesia sehingga bisa menguasai pasar,” terangnya.
Menurutnya, industri musik tanah air perlu melihat ambisi kolektifnya dan menargetkan pasar yang tepat. Pelaku industri musik dapat duduk bersama pemerintah untuk membangun ekosistem yang sehat. Deputi Odo kemudian mencontohkan Korea Selatan yang mampu mengaitkan industri kreatifnya dengan fashion, makan, dan pariwisata.
“Keberpihakan pemerintah dapat dalam bentuk kebijakan. Concern saya misalnya di Bali, kalau kita ke restoran, hotel, lagunya semua lagu barat. Apa bedanya kita di Bali atau di Sydney atau di Phuket? Harusnya ada karakter Balinya yang muncul,” jelasnya.
Deputi Odo kemudian menceritakan bagaimana di Prancis sejak 2006 ada kewajiban semua radio secara umum 40%-35% musiknya harus musik Prancis. Serta di Quebec, Kanada, di mana 90% musik yang diputar di radio harus berbahasa Prancis. Jadi memang harus ada keberpihakan terhadap industri dalam negeri.
“Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, tidak ada pilihan kecuali kuasai pasar dalam negeri, kuasai pasar regional. Jadi ambisinya itu harus kelihatan, bukan ambisi individu-individu, tapi sebagai kolektif. Nah ini kita harus duduk bersama-sama. Nanti peranan pemerintah, seperti yang ada di industri gim, kami akan bantu untuk create the framework, kerangka kebijakan, dan regulasinya seperti apa, untuk kemudian sampai pada program apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah,” pungkas Deputi Odo.
No.SP-265/HUM/ROKOM/SET.MARVES/X/2023
Biro Komunikasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi