Pemerintah Dorong Pembangunan Lumbung Garam Nasional Berbasis Sentra Garam Rakyat

Marves-Cirebon, Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mendorong pembangunan lumbung garam nasional melalui program Sentra Garam Rakyat.
Staf Ahli Menteri Bidang Sosio-Antropologi, Tukul Rameyo Adi mengatakan, pembangunan lumbung garam nasional berbasis sentra garam rakyat sejatinya merupakan implementasi Perpres Nomor 16 tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia.
Sentra garam rakyat adalah kawasan produksi garam berbasis masyarakat, dan setidaknya ada sembilan provinsi yang memiliki sentra yaitu Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo.
"Sentra garam rakyat sebagai aksi lanjut pilar ke empat, Ekonomi dan Infrastruktur Kelautan pada kebijakan Ekonomi Kelautan Peningkatan Kesejahteraan yang dilakukan melalui program pembangunan kawasan ekonomi kelautan secara terpadu, dengan prinsip–prinsip ekonomi biru di wilayah pesisir, pulau–pulau kecil, pulau–pulau terluar, dan perairan laut Indonesia secara realistis, serta pada kebijakan kesejahteraan masyarakat melalui program pembangunan prasarana dan sarana, peningkatan kemampuan dan kapasitas dan penyediaan kemudahan akses terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, lahan, dan pembiayaan untuk kepentingan pengembangan usaha," kata SAM Tukul Rameyo, saat melakukan kunjungan kerja ke Cirebon dalam rangka pengembangan Technopark Garam Cirebon dan Sentra Garam Rakyat, Sabtu (04- 07-2020).
SAM Tukul Rameyo menjelaskan, pengembangan sentra garam rakyat sebagai lumbung garam nasional selaras dengan program strategis sentra ekonomi garam rakyat atau SEGAR. Program ini tengah dirancang oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk periode 2020-2024.
SEGAR adalah sebuah konsep pengembangan kawasan usaha garam hulu-hilir dan multi-level, dari level desa, kabupaten, propinsi hingga level pusat. Program SEGAR pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi garam rakyat, menguatkan tata kelola dan kelembagaan masyarakat serta mengembangkan pasar dan nilai tambah garam rakyat. "Program SEGAR mencakup pengelolaan lahan (on farm) dan pasca panen non-lahan (off farm) dan berbasis pada kemitraan," terang SAM Rameyo.
Lumbung Garam Cirebon-Indramayu
Sentra garam rakyat Cirebon-Indramayu memiliki potensi yang besar dan kondisi yang ideal untuk dikembangkan sebagai area percontohan SEGAR dan menjadi salah satu lumbung garam nasional. Sebuah area percontohan yang dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi biru dan bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
SAM Rameyo mengatakan, Bungkolor Integrated Salt Production Area adalah salah satu konsepsi pengembangan kawasan SEGAR yang digagas oleh PT. Anta Tirta bekerja sama dengan masyarakat (koperasi). Gagasan yang akan membangun area produksi garam secara terpadu seluas 1.000 hektar, memanfaatkan teknologi tunnel dan prisma sehingga dapat menghasilkan garam premium (kualitas industri) serta berproduksi sepanjang tahun.
"Teknologi ini dapat meningkatkan produksi garam sekitar tiga kali lebih besar dibandingkan dengan cara konvensional. Selain itu, dalam konsepsi ini juga akan dilakukan kegiatan polikultur berbasis lahan garam, yaitu penggabungan beberapa kegiatan pegaraman dan perikanan yang akan menghasilkan bermacam produk lain yang memiliki nilai jual tinggi seperti air minum (AMDK), bittern, brine, udang dan artemia," ucap SAM Rameyo.
Lebih lanjut, SAM Rameyo mengatakan, adanya kawasan SEGAR diharapkan seluruh kebutuhan garam dapat terpenuhi. Tidak hanya garam untuk kebutuhan komsumsi dan industri saja, tetapi garam-garam untuk berbagai kebutuhan khusus seperti garam farmasi, garam rempah (gourmet salt), garam SPA, kesehatan dan kecantikan, garam ritual, dan garam tradisional lainnya.
SAM Rameyo menilai, Cirebon sebagai kota bersejarah dan kota wisata yang memiliki banyak situs peradaban maritim merupakan peluang bagi pengembangan produk-produk kreatif berbasis garam. Muatan budaya dan kekayaan kearifan lokal Cirebon dapat meningkatkan nilai tambah produk-produk kreatif tersebut.
Technopark Garam Cirebon
Secara umum keberhasilan program SEGAR ditentukan oleh dukungan ekosistem pegaraman yang merupakan bentuk kemitraan multipihak mencakup unsur pemerintah (pusat dan daerah), dunia bisnis, lembaga keuangan, akademisi, serta masyarakat.
SAM Rameyo mengatakan, dalam hal ini Cirebon memiliki ekosistem pegaraman yang cukup memadai. Namun demikian, untuk menjamin keberlanjutan SEGAR, dibutuhkan inovasi-inovasi baru yang berkelanjutan pula.
"Oleh karena itu, keberadaan Technopark sebagai mesin penghasil inovasi-inovasi baru mutlak diperlukan," ucap SAM Rameyo.
SAM Rameyo menjelaskan, Technopark adalah kawasan yang dikelola oleh manajemen profesional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan melalui penguasaan, pengembangan, dan penerapan Iptek yang relevan.
Technopark memiliki paling tidak tiga fungsi utama yaitu menyediakan wahana untuk kolaborasi R&D berkelanjutan antaruniversitas, lemlitbang dan industri; memfasilitasi penumbuhan perusahaan berbasis inovasi melalui inkubasi dan proses spin-off; dan nenyediakan layanan bernilai tambah lainnya melalui penyediaan ruang dan fasilitas berkualitas tinggi atau menarik industri ke dalam kawasan.
Technopark adalah sebuah wahana peningkatan ekonomi daerah melalui hilirisasi iptek-inovasi yang berbasis pada potensi daerah. Oleh karena itu, pengelolaan technopark harus melibatkan unsur pemerintah, bisnis, akademisi, dan masyarakat (quadruple helix).
"Pemerintah berperan untuk memberikan dukungan kebijakan, infrastruktur, dan program. Unsur bisnis berperan sebagai user, penyedia pasar dan pemodalan. Sementara akademisi berperan untuk menyediakan iptek dan inovasi, sedangkan masyarakat terlibat sebagai startup dan pelaku usaha," kata SAM Rameyo.
Lebih lanjut, SAM Rameyo mengatakan, membangun Technopark Garam Cirebon adalah keniscayaan. Universitas Nahdlatul Ulama sebagai universitas lokal yang memiliki visi menjadi enterpreuner university di bidang kemaritiman dan kelautan diusulkan menjadi lead institution berkolaborasi dengan Indonesia-Korea MTCRC (Marine Technology Cooperation Reseach Centre). MTCRC adalah Lembaga kerja sama riset Indonesia-Korea bidang kelautan yang diprakarsai oleh Kemenko Marves dan berlokasi di Cirebon.
Pengembangan Technopark Garam Cirebon ini adalah bagian dari gagasan besar untuk membangun Institut Garam Indonesia, sebuah platform jejaring inovasi garam nasional berbasis 4.0, semacam Salt Institute di Amerika Serikat.
Institut Garam Indonesia merupakan wahana yang memuat seluruh knowledge resources pegaraman, mulai dari data pengetahuan, teknologi, informasi produk dan bisnis. Platform jejaring Institut Garam Indonesia akan menjaring seluruh institusi inovasi seperti BPPT, LIPI, PUI Garam Universitas Trunojoyo, Instalasi Garam KKP, Bandung Technopark, Perguruan Tinggi, Litbang PT Garam dan lainnya.
"Keberadaan platform jejaring ini sangat diperlukan dalam mendukung sistem pengelolaan pegaraman nasional yang berkelanjutan," ucap SAM Rameyo.
Biro Komunikasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi