Pemerintah-Perguruan Tinggi Ramu Program Percepatan Pembangunan Danau Toba
Parapat—Kemenko Kemaritiman kumpulkan pejabat badan otorita pengelola kawasan pariwisata Danau Toba, peneliti perguruan tinggi dan pemerintah daerah di provinsi Sumatera Utara di Parapat pada Hari Selasa (7/3/2017). Tujuan pertemuan tersebut adalah untuk menyamakan persepsi dalam merumuskan program yang berhubungan dengan percepatan pengembangan pariwisata Danau Toba.
Dalam kesempatan tersebut, Asisten Deputi Bidang Budaya dan Olahraga Maritim Kemenko Kemaritiman Kosmas Harefa meminta para pemangku kepentingan untuk melakukan sinkronisasi dalam menyusun program untuk tahun 2017. “Sinkronisasi perlu dibuat agar ada arah yang jelas dalam mengembangkan pariwisata Toba,” pintanya kepada peserta rapat.
Terlebih, lanjut Kosmas, Presiden Jokowi telah menandatangani Perpres Nomer 49/2016 mengenai pembentukan Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau toba. Badan ini bertugas melakukan koordinasi, pengelolaan dan perumusan program yang berkaitan dengan pembangunan pariwisata Danau Toba. “Perlu ada penyamaan persepsi bagaimana konsep pembangunan Danau Toba sesuai konsep yang dibuat oleh Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba agar tidak tumpang tindih,” tambahnya kepada audiens yang hadir.
Sebagai bahan untuk menyamakan persepsi, peneliti dari Universitas Sumatera Utara (USU), Institut Teknologi DEL, dan Universitas Negeri Medan (UNIMED) memaparkan program kegiatan mengenai Danau Toba yang telah dilakukan pada tahun 2016. USU misalnya, menjelaskan tentang program pelatihan penguatan kapasitas komunikasi yang diberikan kepada pedagang di kawasan Samosir. “Ada stereotype bahwa orang Batak salah satunya di kawasan Samosir kurang ramah pada wisatawan,” ujar Hendra Harahap peneliti dari Departemen Komunikasi USU tentang alasan pemilihan fokus pelatihan.
Bila USU fokus pada pelatihan penguatan kapasitas komunikasi, tidak demikian dengan UNIMED. Lewat Pusat Studi Sejarahnya, universitas ini melakukan sosialisasi mengenai desa wisata di pondok wisata Lagundi Desa Sitamiang Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir. “Kami ingin menciptakan suasana yang anti mainstream kepada wisatawan yang berkunjung ke Toba,” ujar Onggal Sihite, salah satu antropolog yang terlibat dalam kegiatan itu. Menurutnya, destinasi wisata budaya diluar wisata danau perlu dipromosikan agar wisatawan mengenal Toba juga dari budaya penduduknya. “Wisatawan perlu dikenalkan bagaimana cara penduduk di sekita Toba menanam padi, memandikan kerbau atau memasak masakan tradisionalnya,” kata pria berkacamata itu dengan mimik serius.
Lalu, beralih ke IT DEL, institusi ini berfokus pada penguatan kesadaran kolektif terhadap budaya bersih dan senyum kepada kalangan pelajar. Mariana Simandjuntak, salah satu staf pengajar di IT DEL mengungkapkan bahwa kalangan yang relatif mudah untuk dipengaruhi sikapnya terhadap budaya bersih adalah kalangan pelajar, oleh karena itu, DEL bekerjasama dengan dinas pendidikan setempat untuk memasukkan budaya bersih pada kurikulum muatan lokal.
Menanggapi program yang dipaparkan oleh ketiga universitas di Provinsi Sumatera Utara tersebut, Kepala Badan Otorita Pengelolaan Kawasan Pariwisata Danau Toba Arie Prasetyo mengingatkan agar semua stakeholder fokus dalam membuat program kerja bersama. “Seperti program pembuatan desa wisata seperti yang telah dilakukan oleh UNIMED, kita harus bisa fokus untuk menentukan locus (lokasi) secara bersama-sama sehingga strategi yang dibuat dapat terencana dengan baik,” ujarnya mencontohkan. Lebih jauh, Arie mengungkapkan bahwa saat ini program pendukung percepatan pembangunan destinasi wisata Toba dibuat secara terpisah oleh pemerintah daerah sehingga hasil yang dicapai pun kurang memuaskan.
Selain masukan dari universitas dan badan otorita pengelola kawasan pariwisata Toba, Dinas Pariwisata kabupaten Tobasa, Samosir dan Parapat juga mengusulkan agar kedua institusi itu merangkul komunitas adat agar masyarakat bisa berkontribusi lebih besar dalam pengelolaan dan pengembangan Toba. Selain itu, para pejabat pemerintah 3 kabupaten tersebut juga meminta agar universitas juga membuat kajian tentang lingkungan di sekitar Toba. “Kami ingin ada kajian mengenai penyusutan air permukaan Toba hingga 3-4 meter dari 40 tahun yang lalu agar kami bisa mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah air di Toba menjadi habis tidak bersisa,” pinta Sekretaris Bapeda Kabupaten Samosir Tommy Naibaho.
Menutup pertemuan itu, Asisten Deputi Bidang Budaya dan Olahraga Maritim Kemenko Kemaritiman Kosmas Harefa meminta agar universitas bisa berkoordinasi dengan Badan Otorita Toba maupun kementerian terkait untuk menyelesaikan usulan program kegiatannya pada tahun 2017. “Kita akan bawa usulan yang dibuat rekan-rekan dan melaporkannya kepada Menko Maritim Luhut Pandjaitan pada saat rakor dan diteruskan kepada Menpar Aries Yahya,” tutupnya. (**)