Pendekatan Baru untuk Keindahan Pariwisata
Maritim - Konferensi Perhotelan dan Industri Pariwisata Asia ke-12 atau Asia Tourism Forum (ATF) diadakan di Bandung, 7 sampai 9 Mei 2016.
Forum ini merupakan kelanjutan konferensi serupa yang sebelumnya diadakan di Vietnam, Thailand, Hong Kong, Korea, Perancis dan Taiwan.
Pembukaan konferensi sendiri digelar di Gedung Sate, sebuah tempat yang bersejarah di Kota Bandung, Sabtu (7/5).
Dalam pembukaan ATF 2016, para peserta forum disuguhkan dengan tarian tradisional Jawa Barat, Rampak Gendang yang dibawakan oleh mahasiswa dari Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung.
Acara dihadiri oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, ATF Founder Prof. Kaye Chon.
Peserta ATF 2016 ini selain berasal dari pemerintah pusat daerah, juga dihadiri dari pihak swasta, peneliti, dan juga perwakilan sekolah pariwisata dari berbagai daerah di Indonesia.
Tema forum kali ini ialah "Pendekatan Baru untuk Keindahan Pariwisata". Tujuannya, memfasilitasi pertukaran informasi dan jaringan antara para peneliti, praktik industri pariwisata dan pembuat kebijakan.
Acara juga bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan jaringan penelitian, dengan tujuan besar, membantu pembangunan pariwisata berkelanjutan, pemasaran dan manajemen pariwisata di Asia yang lebih baik.
Selain itu, forum ini juga membahas kemajuan atau hasil dari penelitian untuk pariwisata se-Asia, saling mengenal dan berbagi informasi antar wilayah pariwisata.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menyampaikan pentingnya Asia Tourism Forum (ATF). Keterlibatan praktisi, pakar dan akademisi dalam forum ini akan mendorong kemajuan pembangunan pariwisata negara-negara Asia.
"Kami yakin, konvensi ini akan menumbuhkan gagasan baru, guna membangun kepariwisataan yang mantap demi kesejahteraan rakyat di negara-negara Asia dan Indonesia pada khususnya," ujarnya.
Ia pun bercerita tentang potensi wisata yang sangat besar di Jabar. Bahkan ada yang bilang, Tuhan sedang tersenyum ketika menciptakan Tanah Pasundan. Potensi wisata itu ada di gunung, rimba dan laut. Belum lagi soal seni budaya.
"Ada istilah 'Gurila'. Maksudnya gunung, rimba dan laut (wisata di Jabar), termasuk seni budaya. Ada juga wisata sejarah. Dan bicara soal wisata, seakan tidak kenal krisis ekonomi," cetus dia.
Maksudnya, meskipun seseorang sedang pusing, mereka cari hiburan, tentu yang sesuai kantong. Biasanya, wisata buat orang yang sedang susah itu wisata religi dan sejarah.
Deddy pun menyampaikan bahwa banyak sekali tempat pariwisata di Jabar, khususnya Bandung. Terdapat kurang lebih 300 tempat pariwisata di Bandung.
"Yang saya harapkan, para peserta, habis konferensi, bisa mampir ke tempat wisata, dan mengenalkan ke teman-teman dan sanak saudara (soal wisata di Bandung)," sambung dia.
Pemprov Jabar, tambah dia, juga menegaskan komitmennya mendukung pertumbuhan wisata. Tak hanya di Bandung, Pemprov Jabar bekerjasama dengan Pemerintah Pusat akan membangun pelabuhan dan infrastruktur pendukung.
"Di Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) akan ada pengembangan pelabuhan, terutama di Subang dan Cirebon. Ini dilakukan untuk menumbuhkembangkan kepariwisataan daerah. Kapal pesiar akan masuk, jalan tol akan juga sudah terkoneksi," sambungnya.
Tak lupa, Deddy mengapresiasi kepada ATF yang telah menunjuk Kota Bandung sebagai tuan rumah konferensi ini untuk kedua kalinya.
"Pada tahun 2012 kita pernah juga menjadi tuan rumah ATF. Dan tahun ini (2016) adalah yang kedua kalinya. Ini adalah kehormatan dan kebanggaan Kota Bandung dan Jabar," tandas dia.
(Arp/Nn)