Perkuat Koordinasi Platform Jejaring Digital Rumput Laut, Kemenko Maritim Bahas Pembentukan hingga Rilis Tropical Seaweed Innovation Network (TSIN)

Maritim - Bogor, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman melalui Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa melaksanakan Temu Pakar dan Research Center Rumput Laut dalam Rangka Pembentukan Tropical Seaweed Innovation Network (TSIN), di Aston Bogor, Jawa Barat, Senin (22/04). Adapun pertemuan ini dalam rangka pembentukan TSIN. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut rangkaian rapat koordinasi TSIN yang sebelumnya lebih banyak mengundang Kementerian / Lembaga, asosiasi dan pelaku usaha.
Kemenko Bidang Kemaritiman koordinasikan pembentukan Tropical Seaweed Innovation Network (TSIN), sebuah platform digital berbentuk website yang membentuk jaringan kerjasama, sinergi dan inovasi antara inovator produk rumput laut yang berada di lembaga penelitian dan pengembangan baik swasta dan pemerintah, beserta pakar rumput laut dari hulu ke hilir, dengan pelaku usaha pada industri rumput laut.
Salah satu faktor yang menghambat daya saing produk-produk rumput laut Indonesia (utamanya karaginan dan agar) di pasar global adalah kurangnya inovasi di semua rantai nilai (value chain) rumput laut, meskipun Indonesia merupakan produsen terbesar di dunia untuk jenis-jenis rumput laut tropis.
“Pertemuan ini mengundang sekitar 27 lembaga riset, 153 pakar dan perwakilan para Kementerian/Lembaga, saya harapkan rapat ini nantinya dapat memberikan hasil yang maksimal,” kata Asisten Deputi (Asdep) Sumber Daya Hayati Andri Wahyono.
Asdep Andri memaparkan, pembahasan dalam pertemuan meliputi pelaporan virtual networking melalui web based, validasi data dan penginputan data lembaga riset dan pakar pada web TSIN dengan arahan dari konsultan IT Sustainable Market Access through Responsible Trading of Fish SmartFish dan United Nation of Industrial Development Organization (Unido) serta struktur kelembagaan TSIN oleh Kemenristekdikti.
“Struktur kelembagaan ada di bawah Kemenristekdikti, di mana sekretariat berada di bawah Kemenristekdikti pusat, sedangkan divisi-divisi berada di bawah Kemenristekdikti,” ujarnya.
Dalam pertemuan ini, ditetapkan bahwa selanjutnya dilakukan ujicoba dan serta pelaksanaan launching TSIN yang rencananya berlangsung pada pertengahan Mei mendatang.
Terkait TSIN ini, nantinya Kemenko Maritim akan memonitor dan mengevaluasi perkembangannya. Salahsatu parameter yang dapat digunakan adalah tumbuhnya industri baru rumput laut dengan variasi produk turunan, teknik terbaru dan platform komunikasi baru antara sesama stakeholder rumput laut.
“Sehingga kita berharap semua produk yg berasal dari sumber daya hayati bisa terus berkembang. Nanti setelah ini, kita juga ada persiapan sosialisasi TSIN di International Seaweed Symposium di Korea Selatan pada akhir April 2019. Semua kita kerjakan semaksimal mungkin,” ujar Asdep Andri.
Dalam hal ini, NCTA UNIDO SMART-FISH Indonesia Progamme Sudari Pawiro yang turut hadir mengungkapkan bahwa pihaknya sangat mendukung serta mendorong TSIN ini.
“Kita mendorong untuk perkuatan TSIN ini. Bahwa program Smart-Fish membantu pemerintah serta industri terkait rumput laut, ini memang goal kita,” ucap Sudari.
Sudari menjelaskan, setidaknya pihaknya sudah melaksanakan program khusus mengenai rumput laut di 23 Kabupaten dan 17 Provinsi di Indonesia.
“Rumput laut merupakan yang paling banyak kita tangani, karena dari awal kita sadari bahwa rumput laut prioritas Indonesia. Kita ada 160 pembudidaya rumput laut dengan kegiatan kita dari hulu ke hilir mulai dari farming, marketing termasuk ke pendidikan. TSIN adalah salah satu dari 22 digital platform yang kita bangun. Ini salah satu kegiatan kita dalam membangun industri rumput laut agar lebih kompetitif di pemasaran global,” tegasnya.
Diketahui sebelumnya, pertemuan awal dibuka secara langsung oleh Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Jasa Kemenko Bidang Kemaritiman Agung Kuswandono pada bulan Februari lalu. Dalam pertemuan ini, Deputi Agung berharap dengan terbentuknya TSIN, bisa meningkatkan jaringan kerjasama, sinergi dan inovasi antara Lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan (R&D) serta para peneliti atau ahli dalam bidang rumput laut dari hulu ke hilir sehingga dapat memberikan sumbangan terhadap kemajuan, hilirisasi dan daya saing produk-produk rumput laut Indonesia di pasar global.