Ranu Kumbolo Diintai Sampah
Maritim - Danau itu berada di ketinggian. Namanya Ranu Kumbolo. Buat sebagian orang, tempat yang sakral.
Danau air tawar seluas 15 hektar merupakan bagian enam Ranu yang ada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger, Semeru. Keenam danau tersebut adalah Tompi, Darungan, Kuning, Kumbolo, Pani dan Regulo,
Ranu sendiri memiliki arti danau, sedangkan Kumbolo berarti tempat berkumpul. Sehingga makna dari Ranu Kumbolo adalah danau tempat orang berkumpul.
Penamaan ini memang tepat, sebab, sampai saat ini kawasan ini menjadi destinasi favorit pendaki sebelum menuju puncak Mahameru, 3676 meter di atas permukaan laut.
Jika ingin ke Kumbolo, diperlukan waktu setidaknya sehari dari Ranu Pani, pos perizinan TN BTS. Meski waktu tersebut tidak absolut. Semua sesuai dengan kemampuan masing-masing orang.
Jalur dari pos perizinan sampai Ranu Kumbolo didominasi hutan hujan tropis yang tertutup rapat. Beberapa punggungan dan lembahan harus dilewati menuju danau tersebut.
Spot di Ranu Kumbolo di ketinggian 2400 mdpl ini sangatlah indah. Apalagi ketika pagi tiba, sang mentari muncul dari balik bukit. Penampakannya menunjukkan keindahan yang tiada tara.
Sebuah bangunan permanen nampak kokoh di sisi, dekat dengan Tanjakan Cinta. Setidaknya, saat tim menyempatkan diri bertandang ke sana, 2009 lalu. Kabarnya, kini ada beberapa bangunan serupa berdiri di kawasan itu.
Bangunan tidak istimewa. Tak bersih, banyak coretan di dinding. Ah, kusam pokoknya. Tapi setidaknya bisa dipakai para pendaki untuk menghadang angin, apalagi saat musim badai tiba.
Soal kebersihan, memang menjadi sorotan serius. Di pondokan itu, tak jarang sampah tertinggal. Malah bau pesing menyengat.
Dalam beberapa kesempatan, malah sampah menggunung di kasawan ini menjadi viral. Jambore salah satu perusahaan outdoor penyebabnya. Ribuan pendaki menyisakan sampah yang membuat kotor. Belum lagi sampah limbah manusia, yang kerap disebut 'ranjau'.
Agar tidak semakin rusak, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) melakukan konservasi setiap tahun. Caranya dengan menutup jalur pendakian.
Tahun ini, konservasi dilakukan sejak Januari sampai Mei. Alasan lain penutupan pendakian lantaran terjadi cuaca buruk dan pemulihan ekosistem.
Kepala Balai Besar John Kenedie, tempo waktu mengatakan, sebelum jalur dibuka, pihaknya akan membersihkan jalur pendakian. Ini akan dilakukan agar gunung ini tetap lestari.
Menjadi pekerjaan rumah, bukan hanya untuk taman nasional, tapi juga kepada seluruh pihak terutama pendaki, bagaimana Ranu Kumbolo tetap lestari di tengah olahraga pendakian gunung yang jadi budaya populer.
(Arp)