Rizal Ramli: Kita Butuh Nasionalisme Kreatif, Bukan Romantis
Jakarata-Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya menghadiri Dialog Kebangsaan yang diadakan oleh Ikatan Alumni ITB (IAI) di Jakarta, Kamis (14/16).
Sebagai salah satu alumni terbaiknya, Rizal merasa masalah sumberdaya ini perlu untuk diperhatikan pengelolaannya, demi kesejahteraan rakyat Indonesia.
Dalam menyejahterakan rakyat, Rizal menjelaskan tak hanya dibutuhkan nasionalisme romantis, nasionalisme historis, tapi perlu nasionalisme yang kreatif dan produktif.
Ini dilakukan agar Indonesia dapat menjadi bangsa pemenang di dunia.
Rizal menyayangkan pada masa Orba, pemerintah hanya mendapatkan kompensasi 1 persen dalam sebuah kontrak karya selama puluhan tahun.
"Sedangkan di negara lain kompensasi dalam kontrak karya rata-rata mendapat 3-5 persen, itulah mengapa kebijakan mulai tahun kemarin diubah, kompensasi akan sebesar 6-7 persen," tegas dia.
"Namun Freeport tidak mau, karena para penguasa di Indonesia dapat dengan mudah disogok. Di mana penguasa itu juga pengusaha yang menjalankan dwifungsi, itu bahaya," jelas Rizal.
Dalam pidatonya Rizal mengajak para alumni ITB ikut mendukung program teknis kilang gas alam cair di blok Masela, Laut Arafura, Maluku dibangun di darat (onshore). Hal ini dilakukan demi menghidupkan konsep tol laut yang dicita-citakan Presiden Joko Widodo.
Sebelum menutup pidato, Rizal memberi masukan untuk perekonomian Indonesia, dimana beberapa perusahaan banyak yang hampir gulung tikar.
Dalam istilah “Rajawali bangkit” terkait dengan kondisi ekonomi Indonesia saat ini, Rizal ingin adanya revaluasi aset.
Rizal ingin mengulang keberhasilan pertama kali dalam sejarah RI menyelamatkan BUMN pada masa ia menjadi Menko Perekonomian tanpa menggunakan uang.
"Banyak sekali pemikiran kreatif bukan pikiran kuno, bahwa banyak BUMN disuntik dari APBN. It’s an old thinking," pungkasnya.Maritim/Nuniek