Tri Hita Karana Menjadi Role Model Dalam KTT G20
Marves -Jakarta –Semangat Tri Hita karana memang menjadi pegangan bagi masyarakat Bali dalam setiaf nafas kehidupan yang dijalaninya. Selama berabad-abad, filosofi ini telah membimbing orang Bali dalam mengutamakan kerja sama dan kasih sayang satu sama lain, untuk bertahan hidup bersama dan makmur, terlepas dalam kesulitan hidup.
“Filosofi Tri Hita Karana mencakup hubungan yang harmonis antara manusia dan Tuhan, sesama manusia dengan lingkungan, sehingga mencapai kebahagiaan,” kata Ari Dwipayana yang ditemui di Ubud, Kamis (27/10/2022) lalu.
Filosofi ini menjadi penting diangkat dalam penyelenggaraan KTT G20 yang bisa menjadi solusi untuk mencapai kesepakatan dan bisa menjadi jawaban bagi permasalahan yang sedang dihadapi dunia. Masyarakat Bali sangat mempercayai “Tri Hita Karana” merupakan sebuah harmoni dengan Tuhan, harmoni dengan lingkungan, dan harmoni antar manusia.
Selama berabad-abad, filosofi harmoni ini telah membimbing orang Bali untuk mengutamakan kerja sama dan kasih sayang antara satu sama lain, untuk bertahan hidup bersama dan makmur, terlepas dari keadaan hidup yang sulit.
Kita tahu dunia saat ini terancam akan mengalami krisis ekonomi, kelaparan akibat efek dari konflik yang terjadi perang antara Rusia dan Ukraina, dan masalah perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan. Masalah ini menjadi pemikiran bagi para pemimpin dunia, untuk mencari cara mengatasinya.
Prinsip yang dianut oleh masyarakat Bali, bisa dijadikan role model di segala isu yang kini dibahas dalam KTT G20. Saling bergandengan tangan untuk bisa mengatasi kesulitan dunia secara bersama-sama, seperti yang diusung Indonesia dalam tema KTT G20 “Recover Together, Recover Stronger.”
Seperti yang dikatakan oleh Menteri Kesehatan dalam pertemuan kedua tingkat menteri kesehatan (Health Ministers Meeting/HMM) mengimplementasikan “Tri Hita Karana” dalam upaya pulih dari pandemi Covid-19.
“Kita hadir dalam pertemuan ini dengan perspektif dan perbedaan yang ada. ‘Tri Hita Karana’ memanggil kita untuk bekerja sama secara harmonis, untuk membangun dunia yang lebih baik dengan kesehatan global yang lebih kuat secara arsitektur dan menjaga kesehatan generasi saat ini dan masa depan,” ujar Menkes Budi.
Penerapan Tri Hita Karana dalam setiap isu yang diusung dalam KTT G20 merupakan sendi kehidupan yang bisa memberikan efek positif dalam setiap hal. Dari sisi bisnis, bisa diartikan dua arah, dimana bukan keuntungan saja yang menjadi pertimbangan tapi juga kepuasan bagi pelanggan.
Keseimbangan Dalam Tri Hita Karana
Menarik memang bicara tentang Tri Hita Karana, yang berbicara sebab akibat dan keseimbangan pada setiap sisi kehidupan. Filosofi yang mengandung makna yang dalam pada sebuah dasar kehidupan, sehingga bisa menjadi pondasi dalam setiap sisi kehidupan manusia. Membangun setiap sisi kehidupan seusai lama terpuruk dari pandemi, memang menjadi pekerjaan besar bagi negara anggota KTT G20, tapi semua itu bisa dilakukan secara bersama-sama.
Seperti yang dikutip dalam portal resmi Pemkab Badung, Tri hita karana berasal dari bahasa Sansekerta yang terbentuk dari tiga kata, yaitu Tri artinya tiga, Hita artinya kebahagiaan atau sejahtera, dan Karana artinya sebab atau penyebab. Dengan demikian, falsafah Tri Hita Karana mengandung makna tiga penyebab kebahagiaan.
Adapun tiga penyebab kebahagiaan yang dijabarkan dalam konsep Tri Hita; antara lain: Parhayangan, yaitu hubungan harmonis dengan Tuhan. Parahyangan menegaskan bahwa manusia diharapkan senantiasa menghaturkan sujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Sang Pencipta Alam Semesta beserta isinya.
Pawongan, yaitu hubungan harmonis dengan sesama manusia. Pawongan menekankan hubungan yang harmonis antarsesama manusia yang dapat diwujudkan dalam hubungan dalam keluarga, hubungan dalam persahabatan, maupun hubungan dalam pekerjaan.
Palemahan, yaitu hubungan harmonis dengan alam lingkungan. Palemahan menekankan hubungan antara manusia dengan alam, mencangkup tumbuh-tumbuhan, binatang, dan lainnya.
Ketiga hubungan yang harmonis itulah yang diyakini akan membawa kebahagiaan, kerukunan, dan keharmonisan dalam kehidupan. Berharap dari Pertemuan KTT G20 Bali, harus mampu menyerap nilai dan filosofi masyarakat Bali.
Setiap unsur ini harus diaplikasikan secara utuh dan terpadu. Unsur Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan memiliki porsi yang sama dan selalu seimbang dalam pemikiran, seimbang dalam setiap ucapan dan seimbang pula dalam setiap tindakan.
Adaptasi harmonisasi ini akan membawa setiap negara bekerja sama untuk menemukan solusi yang tepat dengan meminimalisir kemungkinan dampak buruk yang akan mungkin terjadi dalam menghadapi tantangan perubahan kedepannya.