V20 KTT G20 di Bali, Soroti Nilai Luhur Indonesia dalam Menghadapi Tantangan Global
Marves - Jakarta – Kelompok Value 20 atau V20 pada tahun ini menyusun dokumen komunikenya berbasis Sustainability Compass yang diadopsi dari lembaga Compass Education. Secara sederhana V20 merupakan sebuah komunitas global yang melibatkan sederet pakar sekaligus praktisis dengan berbagai latar belakang asal negara-negara anggota G20, yang terlibat aktif dan memiliki visi untuk mengedepankan pemahaman nilai-nilai dalam bentuk masukan kepada para pemimpin negara atau pembuat keputusan di G20 dalam merancang kebijakan multilateral kepada setiap KTT G20 terselenggara.
V20 pertama kali hadir pada tahun 2020 dan komunitas ini diprakasai oleh Dr. Ghazi Binzagr dan Dr. Mandeep Rai, keduanya merupakan sosok yang sama-sama memiliki riwayat panjang dan pemahaman mendalam di bidang dipomasi.
Nah, sejak pertama kali kemunculannya, V20 telah menghimpun, menyaring dan mendiskuiskan berbagai gagasan yang mengedepankan nilai-nilai moral yang disampaikan oleh para anggota dari berbagai latar belakang baik itu pendidikan, ekonomi, budaya, sosial, kesehatan, dan lain sebagainya.
Dan V20 ini menyokong G20 dalam inisiasi, pembangunan, penguatan kembali nilai-nilai individu, intitusi, nasional dan global. Kali ini, V20 menyelenggarakan event yang menyokong Development Working Group (DWG) G20, dalam menopang kerja besar Presidensi G20 di Indonesia 2022.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, “Sebagai Presidensi G20, Indonesia harus dapat memainkan peran di dunia untuk kebangkitan ekonomi ke depan. Tak hanya itu, Indonesia juga harus outward looking yaitu memperluas dan memiliki networking dengan dunia dan internasional,” kata Menko Luhut beberapa waktu lalu.
Ucapan Menko Luhut tentang kebangkitan ekonomi Indonesia ke depan menjadi penyemangat V20 di Presidensi G20.
V20 Sebagai Komunitas Global Berbasis Nilai-Nilai yang Hidup di Masyarakat
Adalah Alissa Wahid selaku Co Sherp V20 2022 yang berlangsung di Bali pada 9 Agustus lalu menjelaskan bahwa pendekatan Sustainability Compass yang digunakan V20 2022 dibangun berdasarkan arah kompas yakni alam (nature), ekonomi (economy), kesehatan jiwa raga (wellbeing) dan masyarakat (society). Alissa menegaskan V20 sebagai komunitas global dengan perhatian terhadap nilai-nilai yang hidup di masyarakat.
“Memang niatnya sederhana, tetapi berat. Terutama bagaimana memastikan pengelolaan dunia saat ini memang benar-benar dilandasi nilai-nilai luhur,”ujar Alissa dalam webinar side event DWG untuk mendukung Presidensi G20 di Indonesia pada tahun 2022 ini.
Alissa menegaskan kali ini, tema yang diangkat adalah “Sustainability Compass, Value Based Approaches to Overcoming Global Challenges: Peran Nilai-nilai dalam Menghadapi Tantangan Global.” Dalam kesempatan ini, disajikan dalam bentuk mini talk show dan sejumlah kegiatan interaktif yang menyasar seribu lebih peserta, di mana 150 peserta hadir secara luring.
Terkait dengan peringatan HUT RI ke-77 Tahun, menurut Alissa Wahid, Indonesia perlu terus bergerak maju, melakukan ikhtiar rekayasa sosial berbasis nilai untuk menyongsong Indonesia dan dunia yang lebih baik.
Alissa yang dikenal aktif mempromosikan nilai-nilai kebhinekaan, inklusifisme dan toleransi beragama ini sejak tahun 2019 ditunjuk menjadi Duta Suitainable Development Goals (SDGs) oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional.
Alissa juga menjelaskan bahwa konsep Sustainable Development Goals (SDGs) adalah sebagai tantangan karena targetnya adalah Sustainability. Lalu kenapa Sustainability Compass, menurut Alissa justru karena kita menginginkan Sustanaibility itu. Kemudian Alissa juga menegaskan tentang hal terpenting yaitu bagaimana caranya agar Sustainability bisa dibangun salah satunya dengan memastikan pelaku sistemnya punya model yang tepat.
Dan dengan menyeimbangkan value berdasar arah kompas yaitu alam, ekonomi, kesehatan jiwa raga dan masyarakat, Alissa Wahid berharap Indonesia akan mampu menempatkan nilai-nilai sebagai pusatnya yang memiliki pegangan kuat untuk meraih tujuan pembangunan berkelanjutan. “Sekali lagi saya tegaskan diperlukan ikhtiar bersama untuk menghidupkan nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi bangsa dalam menghadapi tantangan global,' kata kakak Yenny Wahid ini.
Pentingnya Nilai-Nilai Sebagai Pendorong Utama Pemaknaan SDGs
Sementara pembicara lain, Irfan Setiaputra, Presiden Direktur Garuda Indonesia Tbk, mengatakan pemanfaatan Sustainability Compass merujuk pada praktik bisnis terbaik. Irfan menjelaskan pada nilai-nilai keberlanjutan bisnis menjadi fundamen penting akselerasi kinerja korporasi untuk terus tumbuh dan berselaras secara konsisten, “Hal ini akan memberi dampak positif dan konstruktif bagai kehidupan masyarakat,”kata Irfan.
Irfan yang menjadi Anggota Dewan Penasehat atau Advisory Board V20 meyakini bahwa keterlibatan aktif sektor korporasi merumuskan kebijakan bisnis berbasis nilai. “Hal ini merupakan kontribusi penting dalam mewujudkan pertumbuhan berkelanjutan dan stabilitas ekonomi,” kata Irfan.
Sementara Vivi Yuliaswati, Staf Ahli Energi dan Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menjelaskan pentingnya nilai-nilai sebagai pendorong utama pemaknaan SDGs. Vivi menyoroti pada kesadaran atas nilai-nilai seperti inklusifitas, kemanusiaan dan keberlangsungan membuat kita paham tentang pentingnya SDGs bagi semua.
Vivi yang juga Kepala Sekretariat Nasional SDGs Indonesia juga meyakini nilai-nilai sangat penting untuk keberlanjutan yang lebih baik dan membantu masa depan Indonesia terutama dalam menghadapi tantangan global.