Wujudkan Industrialisasi Udang Nasional Melalui NSAF 2022
Marves - Jakarta, Dalam rangka mewujudkan kebangkitan industri udang nasional, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) melaksanakan “National Shrimp Action Forum 2022 (NSAF 2022). Acara ini dipimpin oleh Menko Marves Luhut B. Pandjaitan.
“NSAF ini merupakan wadah kolaborasi dan konsolidasi aksi lintas sektor, memperkuat komitmen antar segenap pelaku pembangunan terkait, untuk mewujudkan kebangkitan industri udang nasional,” kata Menko Luhut, Rabu (26-10-2022).
Menko Luhut memaparkan bahwasannya saat ini semua komponen bangsa diarahkan untuk saling bersinergi bersama dalam upaya membangkitkan perekonomian nasional pasca pandemi Covid-19. Untuk itu pemerintah berusaha untuk mendorong pemulihan ekonomi, terutama di sektor-sektor ekonomi produktif, termasuk sektor perikanan.
“Perikanan merupakan unsur penting dalam pembangunan yang berbasis pendayagunaan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Potensi sumberdaya alam yang sangat besar di bidang perikanan perlu kita terus genjot dari aspek produktivitas dan nilai tambahnya, dengan tetap mengedepankan prinsip keberlanjutan,” ujarnya.
Diketahui Indonesia menurut data FAO 2022 merupakan kontributor produk Akuakultur utama di dunia, menempati peringkat kedua, dengan volume produksi sebesar 14,8 juta ton. Produk akuakultur itu sendiri berperan sangat penting dalam tiga hal yakni perolehan devisa negara, lapangan kerja bagi sekitar 2 juta pembudidaya ikan dan sumber pangan protein bagi masyarakat.
“Salah satu produk utama akuakultur adalah komoditas udang. Dalam hal ini, Pemerintah secara konsisten mendorong akselerasi produksi udang untuk mencapai target 2 juta ton pada akhir tahun 2024 dengan peningkatan nilai ekspor sampai 250%. Dengan peningkatan tersebut Indonesia diharapkan dapat masuk ke dalam top five eksportir perikanan dunia. Upaya ini sudah barang tentu bukan hal mudah tapi tidak berarti tidak mungkin,” jelasnya.
Oleh sebab itu, Menko Luhut menjelaskan bahwa pemerintah dalam hal ini perlu memperkuat kedua aspek penting Industrialisasi udang, yaitu Hulunisasi dengan pengembangan kapasitas, kualitas dan produktivitas usaha hatchery dan tambak, serta Hilirisasi dengan pengembangan produk olahan bernilai tambah, diversifikasi produk perikanan untuk bisa masuk ke pasar-pasar regional dan global secara kompetitif, penetrasi ke pasar-pasar baru yang potensial, mengingat kebutuhan pangan berbasis laut (blue food) saat ini semakin meningkat.
“Kita harus melakukan perbaikan sistem produksi di hulu, kemudahan perizinan, dukungan infrastruktur produksi, irigasi dan sistem logistik perikanan yang efisien, skema perkreditan yang mudah dan murah, tata kelola (good governance) yang transparan dan akuntabel serta inovasi teknologi dan manajemen, didukung afirmasi kebijakan dan regulasi di pusat dan daerah,” ungkapnya.
“Saya harap semua K/L dan instansi terkait untuk bisa saling memperkuat sinergi dan kolaborasi untuk kebangkitan industri udang nasional dan kepada kalangan perbankan, institusi penegak hukum, para akademisi, pemerintah daerah agar dapat mendukung kebangkitan industri udang nasional ini dengan peran yang proaktif, pemberian skema kredit yang mudah, pemenuhan kepatuhan hukum yang tepat, sehingga kegiatan usaha dapat secara produktif dijalankan, terbangun iklim usaha yang kondusif untuk investasi udang nasional,” pungkas Menko Luhut.
Forum ini diikuti juga oleh Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono yang mengungkapkan bahwa dalam upaya meningkatkan produksi udang nasional, KKP memiliki tiga strategi yang diawali dengan Melakukan evaluasi tambak udang existing, Merevitalisasi tambak udang tradisional, serta Membangun tambak udang modeling skala industri di beberapa titik di Indonesia sesuai konsep pendekatan hulu dan hilir dalam satu kawasan industri
atau kawasan ekonomi.
“Konsep pendekatan hulu-hilir meliputi hatchery, pabrik pakan, on-farm budidaya udang, pengolahan hasil budidaya, proses pengemasan, pabrik es, hingga pabrik kemasan yang berada dalam satu kawasan. Dengan demikian, kegiatan ekonomi yang dihasilkan lebih besar dan memberikan peluang usaha yang lebih beragam lagi kepada masyarakat,” ujarnya.
Menambahkan Menko Luhut dan Menteri Sakti, Plt. Deputi Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Mochammad Firman Hidayat menyatakan bahwa pengembangan industri udang nasional yang diejawantahkan dalam revitalisasi dan akselerasi produksi dan ekspor merupakan prioritas nasional yang telah dijabarkan dalam RPJMN 2020 2024 sebagai salah satu Proyek Prioritas Strategis (Major Project).
“Untuk itu, mengingat hal ini telah menjadi Prioritas Nasional, maka upaya pencapaian target-targetnya membutuhkan peran lintas pelaku terkait secara penuh. Kami catat ada sekitar 20 K/L dan institusi lainnya yang terkait langsung dan tergabung dalam Pokja Nasional Peningkatan Produksi Industri Udang 2022-2024,” jelasnya.
Lebih lanjut, Plt. Deputi Firman memaparkan bahwa komoditas udang merupakan komoditas strategis perikanan yang berkontribusi utama sebagai sumber pangan (53 % dari konsumsi protein hewani berasal dari ikan; sebagai lapangan pekerjaan (2,2 juta orang pembudidaya terdiri dari 401.801 orang budidaya payau, serta sumber devisa eksport (49 % dari nilai ekspor perikanan).
“Dengan keberadaan lahan pesisir yang sangat panjang didukung oleh iklim yang cocok untuk budidaya pantai (coastal aquaculture), maka selayaknya kita mampu untuk terus meningkatkan kontribusi ekonomi wilayah pesisir ini melalui pengembangan berbagai komoditas unggulan laut dan payau, termasuk budidaya tambak yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Dalam NSAF 2022 ini juga di launching Buku Panduan Penyederhanaan Perizinan Usaha Tambak Udang, yg berisi simplifikasi jumlah perizinan menjadi hanya 2 Persyaratan Dasar berupa Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang dan Persetujuan Lingkungan dan Launching Crash Program Kegiatan Prioritas Revitalisasi dan Akselerasi Produksi dan Eksport Udang.
Biro Komunikasi
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi
No.SP-337/HUM/ROKOM/SET.MARVES/X/2022